uklik.net – BANDUNG – Perjalanan traveling dalam rangkaian Tour de Bandung, pada Sabtu 20 September 2025 adalah mengunjungi Gedung Merdeka. Museum Konferensi Asia Africa yang berada di jantung kota Bandung.
Bersama rombongan dari Dinas komunikasi Informasi Kabupaten Sragen, yang langsung dipimpin Kepala Dinas Bapak Catur Sarjanto, kita melongok kedalam Museum Konferensi Asia Africa.
Menurut Catur Sarjanto, pemilihan destinasi wisata ke Kota Bandung sangat tepat karena banyaknya lokasi bersejarah untuk menambah wawasan sejarah yang lebih detail.
” Semoga juga , pers di Sragen dengan Kominfo lebih bisa bersinergi untuk ikut memajukan Kabupaten Sragen,” tandas Catur Sarjanto, disela-sela kunjungan ke Gedung Sate dan Museum KAA Bandung.
Sementara wartawan senior di Sragen, Anindito Adi Nugroho, mengapresiasi kegiatan ini karena sangat bermanfaat bagi kalangan jurnalis. ” Saya sudah tiga kali ke Museum KAA, tapi bisa terus merasa tertarik untuk datang lagi,” ujar Anin , Jurnalis senior yang lama bertugas di Sragen untuk Koran Suara Merdeka.
Keterangan dari pemandu di Museum ini , Museum ini dinisiasi oleh prof Mochtar Kusumaatmadja sebagai Menteri Luar negeri, dan diresmikan oleh Presiden Suharto.
Jadi , pada tahun 1980, Gedung Merdeka secara resmi diresmikan sebagai Museum Konferensi Asia Afrika oleh Presiden Soeharto, dengan tujuan melestarikan nilai-nilai KAA dan menyebarkan semangat Bandung ke generasi mendatang.
Museum Konferensi Asia Afrika dulunya adalah gedung bersejarah bernama Gedung Merdeka. Bangunan megah bergaya art deco ini awalnya didirikan pada tahun 1926 sebagai “Sociëteit Concordia,” sebuah klub sosial mewah bagi kaum elite Belanda di Bandung.
Namun, sejarahnya berubah drastis pada tahun 1955 ketika gedung ini dipilih menjadi lokasi penyelenggaraan Konferensi Asia Afrika (KAA) yang legendaris.
Konferensi ini, dihadiri oleh 29 kepala negara dan pemerintahan dari Asia dan Afrika, menjadi tonggak penting dalam sejarah dunia. Ini adalah kali pertama bangsa-bangsa terjajah atau yang baru merdeka berkumpul untuk menyuarakan aspirasi mereka, menentang kolonialisme, dan menyerukan perdamaian dunia di tengah panasnya Perang Dingin.
Hasilnya, Lahirlah Dasa Sila Bandung, prinsip-prinsip perdamaian dan kerja sama yang menjadi dasar Gerakan Non-Blok.
Seperti lazimnya sebuah museum, didalam Gedung Merdeka, terdapat banyak dokumen dan penjelasan pernak pernik penyelenggaraan Konferensi Asia Africa, pada 18 April 1955.
Banyak foto tokoh tokoh dunia seperti Jawarhalal Nehru dan Norodom Sihanoek. Ada juga , foto Bandung Walk , yang menggambarkan para pimpinan negara Asia Africa berjalan kaki dari hotel Hoffman dan Preanger menuju gedung Merdeka, yang menggambarkan bahwa setiap langkah mereka ada perjalanan sejarah bangsa bangsa Asia Africa. ( Jurnalis uklik.net – SAFRUDIN )