
Uklik.net – Jakarta, Aktivis Hak Asasi Manusia (HAM) senior sekaligus pendiri Perhimpunan Bantuan Hukum dan Hak Asasi Manusia Indonesia (PBHI), Hendardi, mengenang sosok mendiang Johnson Panjaitan dalam acara bertajuk “29 Tahun PBHI: Militerisasi & Totalitarian, Obituari Johnson Panjaitan, Advokasi HAM & Pembebasan” yang digelar di Cafe Sajoe, Tebet, Jakarta Selatan, Rabu (5/11/2025).
Dalam acara yang juga dihadiri sejumlah tokoh seperti Prof. Dr. Ikrar Nusa Bhakti (Guru Besar BRIN), Dominique Nicky Fachrizal (CSIS), serta Bagas Perdana (PB HMI), Hendardi menyampaikan rasa hormat dan kenangannya terhadap Johnson sebagai sosok yang berani, tulus, dan penuh dedikasi dalam perjuangan HAM.
“Yang hadir di sini ada Bang Coki, Pak Harto, juga Robert Timur. Mereka ini bagian dari kita semua, orang-orang yang setia pada PBHI hingga hari ini,” ujar Hendardi dalam sambutannya.
Ia juga menyampaikan apresiasi kepada jajaran PBHI yang masih aktif hingga kini.
“Saya berterima kasih kepada Julius dan Monik yang telah melanjutkan perjuangan PBHI. Di tangan mereka, organisasi ini berkembang dengan baik dan tetap dikenal. Itu patut diapresiasi,” tambahnya.
Hendardi kemudian mengenang masa-masa awal berdirinya PBHI pada tahun 1996. Kala itu, dirinya bersama beberapa tokoh seperti almarhum Alwi, Ribuan Asmojo, dan Yanto berinisiatif mendirikan PBHI. Menurutnya, Johnson Panjaitan adalah salah satu figur yang menonjol karena sikapnya yang keras dan konsisten membela prinsip keadilan.
“Dari awal saya sudah tertarik dengan sosok Johnson. Banyak orang bilang dia seperti ‘singa lapar’ dalam memperjuangkan apa yang diyakininya. Kalau sudah membela, dia melakukannya dengan sepenuh hati,” tutur Hendardi.
Meski bukan berlatar belakang hukum, Hendardi mengaku banyak belajar dari para pengacara PBHI, termasuk dari Johnson. Bersama PBHI, mereka pernah menangani berbagai kasus besar seperti di Aceh, Timor Timur, serta kasus-kasus pelanggaran HAM terhadap mahasiswa di berbagai kota, mulai dari Pemalang, Surabaya, Semarang, hingga Yogyakarta.
Ia juga mengenang salah satu peristiwa unik ketika kelompok tertentu mendatangi kantor PBHI untuk memprotes pembelaan terhadap rakyat Timor Timur.
“Waktu itu mereka datang ke kantor di Cikini. Johnson menerimanya dengan tenang, bahkan menjawab dengan jenaka. Dia dikenal tegas tapi santai, tidak mudah terpancing emosi,” kenang Hendardi sambil tersenyum.
Selain dikenal di berbagai kasus nasional, Johnson juga memiliki peran penting dalam advokasi di Papua.
“Saya sendiri sempat menyerahkan penanganan isu Papua kepada Johnson. Ia bekerja dengan sungguh-sungguh di sana, bahkan sempat menangani kasus yang berkaitan dengan peristiwa besar,” ungkap Hendardi.
Menurutnya, sosok Johnson bukan hanya dikenal karena keberaniannya, tetapi juga karena ketulusannya dalam memperjuangkan nilai-nilai kemanusiaan di tengah tantangan besar.
“Johnson adalah contoh nyata seorang pembela HAM sejati. Ia membela siapa pun tanpa memandang agama, suku, atau latar belakang. Semangatnya itulah yang harus kita teruskan,” pungkasnya
Acara di akhiri dengan pemberian buku oleh Hendardi kepada keluarga almarhum Johson Panjaitan sebagai buku testimoni tulisan gambaran hidup perjuangan Johnson Panjaitan sebagai kenangan teriakan keras singa sumatera begitu terdengar.
Acara peringatan 29 tahun PBHI ini menjadi momen refleksi atas perjalanan panjang organisasi dalam memperjuangkan keadilan dan kemanusiaan, sekaligus mengenang kiprah Johnson Panjaitan sebagai tokoh penting dalam sejarah advokasi HAM di Indonesia.
uklik.net
Kabar Militer
News Uklik
News Daerah
Vidio Uklik



