BOYOLALI – UKLIK.NET – Segala ketentuan berasal yang Maha Kuasa manusia hanya bisa menerimanya. Demikian halnya dengan kondisi fisik, kadang manusia dilahirkan tidak sempurna dan hanya bisa pasrah. Seperti dialami ibu Rohmiyati dan dua anak gadis remajanya, Sumiyatun 17 tahun dan Kateni 15 tahun, warga desa Gunungsari Wonosegoro yang sejak lahir diagnosa menderita kelainan jiwa (ODGJ).
Akibat kondisi ekonomi yang berasal dari keluarga tidak mampu, ibu dan 2 anak gadisnya tidak pernah berobat ataupun di bawa ke RSUD/RSJ. “Istri saya dan 2 anak gadis remaja saya belum pernah di apa-apakan karena tidak ada uang”, ujar suprapto. Menurut Suprapto yang sehari-hari bekerja membuat meubel di rumahnya tersebut, beruntung istri dan kedua anaknya tidak sampai mengganggu lingkungan sekitar sehingga tidak sampai harus dikurung di ruang khusus.
Saat pandemi covid 19 mengganas mungkin justru menjadi keuntungan tersendiri bagi ibu dan 2 gadis remaja tersebut. Sebab mereka juga menjadi sasaran dari tim pelaksana vaksin untuk divaksinasi. Petugas kesehatan dan perangkat kelurahan desa Gunungsari menggunakan ambulance harus mengantar jemput agar ibu dan 2 anaknya tersebut mau ke tempat pemeriksaan dan diagnosa.
Sekretaris Desa Gunungsari Purwanto, jumlah ODGJ yang ada di desa Gunungsari sebanyak 20 orang. Dari jumlah tersebut yang sudah ditangani untuk pengobatan baru 2 orang dan sisanya belum pernah di obati.
Tim medis dan sukarelawan ODGJ di Boyolali yang langsung mendatangi rumah ODGJ, melakukan pemeriksaan dan memberikan obat agar kondisi ODGJ membaik. Di pimpin dokter M Ismail Salahuddin Sp,KJ, dari RSUD Simo, petugas mendatangi satu persatu rumah ODGJ.
Pertama didatangi yakni rumah ODGJ atas nama ibu Miyatun, 40tahun warga dukuh Jelobog Desa Gunungsari Wonosamudro.
Saat petugas datang ibu 1 anak itu tengah masak di dapur. Dr M Ismail Salahuddin sempat menanyakan kondisi ODGJ tersebut dan meminta untuk mau minum obat. Namun Miyatun menolak dengan berbagai alasan.
Petugas tidak bisa berbuat banyak dan hanya menitipkan obat kepada anak ODGJ tersebut untuk diminumkan. Menurut Lala, 14 tahun anak dari ODGJ, ibunya mulai menunjukkan kelainan jiwa setelah di tinggal bapaknya (suami Miyatun) tahun 2004. “Saat saya masih orok, bapak pergi meninggal ibu dan tidak pernah kembali sampai saat ini”, ujarnya
Sejak itu Miyatun mulai suka marah-marah tanpa jelas dan mengganggu warga sekitar.
Rumah ODGJ yang kedua yang di datangi tim petugas medis yakni atas nama Partini, 36tahun warga dukuh Gilirejo desa Gunungsari Wonosamudro.
Di tempat itu sama seperti sebelumnya, Partini yang mulai menderita kelainan sejak lahir juga tidak mau berinteraksi dengan petugas.
Partini yang mengalami kebisuan hanya diam seribu bahasa di tempat tidurnya. Petugaspun lagi-lagi hanya bisa menitipkan obat kepada pihak keluarga agar di minumkan kepada ODGJ.
Sementara itu menurut pimpjnan tim medis dokter M Ismail Salahuddin menghadapi ODGJ yang sudah cukup lama harus pelan-pelan dan hati-hati. ‘haris hati-hati, komprehensif, berkesinambungan dan keterlibatan lintas sektoral seperti kadesz tetangg dan dokter spesialis kejiwaan agar ODGJ bisa sembuh lebih cepat”, ujarnya.
Menurut M Ismail Salahuddin, kunjungan langsung (home visit) ke rumah ODGJ penting dilakukan karena bisa mengetahui ODGJ menahun yang seharusnya lama diobati tetapi ternyata belum. Iapun berharap ODGJ bisa diobati secata berkesinambungan agar kondisinya bisa menjadi lebih baik. ( Tim Jurnalis UKLIK.NET – Salahuddin Al Ayyubi SP )