uklik.net – Ketika ditanya mengenai lauk pauk yang berbahan pangan dari kacang kedelai, kita langsung berpikir tentang tempe dan tahu. Saat ditanya kembali soal daerah produksi tahu yang terkenal di tanah air ini, kita biasanya langsung teringat dengan Sumedang.
Makan tahu tambah enak di lidah, kalau dibarengj dengan cabai rawit, eemmhh … Maknyus! Namun, di sisi lain dari Kota tahu, ada kisah pejuang wanita tangguh dari Desa yang masih belum mendapatkan sinyal gawai, agar bisa keluar dari jerat kemiskinan.
Di bangunan yang berukuran 4×6 meter, berkumpul dua perempaun berhijab dengan aneka produk di atas tikar yang baru saja digelar berupa rangginang, rangining, emping, dapros, selimut dan seprai kasur yang ditumpuk secara teratur.
Salah seorang perempuan mempamerkan buku catatan yang terlihat rapi meskipun ditulis tangan yang merupakan pengurus Kelompok Usaha Bersama (KUBE).
Program KUBE adalah salah satu program dari Kementerian Sosial RI (Kemensos) dalam pemberdayaan kelompok masyarakat miskin agar bisa mandiri.
Dede Sufini (46) adalah Ketua KUBE Rahayu 1 dan sudah sembilan tahun mengelola KUBE simpan pinjam. Pada tahun 2010 awal yang lalu, menerima Rp 30 Juta untuk KUBE Sapi. Akan tetapi, seiring perjalanan, usaha itu tidak berjalan baik sehingga beralih ke simpan pinjam.
“KUBE Sapi hanya bertahan sampai dua tahun saja karena, tak semua Anggota bisa nyabit hingga diputuskan jadi simpan pinjam,” ujar Dede menjelaskan dengan logat Sundanya.
Beralih menjadi KUBE simpan pinjam, ternyata merupakan keputusan tepat. Sebab, selama kurun waktu selama sembilan tahun, manfaatnya dapat dirasakan. Tak hanya dirasakan oleh 10 Anggota namun, turut dirasakan juga oleh 40 Non KUBE. Tak hanya bisa menolong, sekaligus dapat meningkatkan kesejahteraan.
“Alhamdulillah bantuan Kemensos bermanfaat sekali dan sembilan tahun terakhir ada perputaran sebesar Rp 70 Juta. Dan jumlah itu, cukup besar bagi kami di Desa, ” ungkap Dede.
Ada sebesar Rp 20 Juta yakni, keuntungan yang dapat dibagi pada akhir tahun kepada setiap anggota KUBE tetapi, keuntungan itu tidak dibagikan berupa uang tunai, melainkan berbentuk barang-barang rumah tangga.
“Iya, Anggota senang sekali di akhir tahun bisa dapat keuntungan berbentuk peralatan rumah tangga. Seperti gelas, piring, selimut, seprai kasur dan barang-barang rumah tangga lainnya, ” bebernya.
Saat ini, KUBE Rahayu 1 tidak lantas berpuas diri. KUBE Rahayu 1 terus mengembangkan usaha. Diantaranya, memproduksi cemilan ringan produksi rumahan yang telah dijual ke Kota Bandung dan sekitarnya.
“Mengembangkan usaha dengan memproduksi usaha cemilan seperti ranginang, rangining, emping dan dapros yang dijual ke Kota Bandung. Sewaktu sebelum pandemi Covid-19, kita mampu menjual satu mobil bak terbuka sebanyak 6 kuintal dalam sepekan,” tuturnya.
Ke depan, pengembangan usaha akan dilakukan dengan membuat warung kelontong KUBE di pinggir jalan agar lebih strategis tempatnya serta mudah dijangkau dari arah mana saja.
“KUBE Rahayu 1 terus berkembang, tidak hanya simpan pinjam dan memproduksi cemilan. Kedepan, kita ada prospek membuat warung kelontong guna memenuhi kebutuhan anggota dan masyarakat sekitar,” pungkas Dede.
Sembilan tahun bukanlah hal yang mudah dalam mengelola dan membawa KUBE Rahayu 1 agar bisa bertahan. Tidak hanya jatuh bangun, namun dibutuhkan pula kesabaran.
“Saya selalu menekankan pada Anggota bahwa, KUBE adalah milik bersama yang harus dijaga juga secara bersama. Termasuk Pengurus, harus jujur dan transparan dalam pengelolaan manajemennya,” tandasnya.
BIRO HUBUNGAN MASYARAKAT KEMENTERIAN SOSIAL RI