uklik.net – Jakarta — Pergeseran budaya semakin sulit untuk dipisahkan dimana evolusi atas kemajemukan budaya serta toleransi, terus bergerak tanpa batas maupun ruang di dalam pranata social. Hal ini sebentuk jalinan kasih bagi sepasang kekasih merupakan pernikahan, suka duka serta banyaknya cerita dengan dalam berhubungan adalah bumbu yang indah ketika menuju pernikahan.
Kendati demikian dalam melaksanakan pernikahan ada syarat dan ketentuan yang biasanya diberlakukan di tiap daerah. Tentu salah satu syarat yang diinginkan biasanya mengendai materil diantaranya yang utama tidak lain adalah biaya. Sedangkan untuk di daerah tertentu, seperti Tanah Air, biaya bisa dibilang fantastis dan menguras kantong.
Dan bagi pasangan dari keluarga yang mampu materi atau biaya, bukan menjadi kendala berarti. Lantas untuk yang kurang mampu, bagaimana? Tentu dalam hal ini seperti di Makasar, Sulawesi Selatan masalah menyiasati kondisi tersebut menjadikan sesuatu yang romantis dari film terbaru, yaitu bergenre komedi romantis persembahan Starvision dan Rhaya Flicks “Jodoh 3 Bujang. Dalam sebuah film karya sutradara asal Makassar, Arfan Sabran, yang mengikuti kisah tiga bujang bersaudara saat menghadapi dilema pernikahan kembar yang diminta oleh ayah mereka.
Uniknya, suasana romantis dari film terbaru ini yang akan membuat penonton tertarik untuk mengikuti sampai akhir dari film ini.
Dan satu hal yaitu Film Jodoh 3 Bujang menceritakan tiga bujang bersaudara, Fadly (Jourdy Pranata), Kifly (Christoffer Nelwan), dan Ahmad (Rey Bong), yang diminta orangtuanya untuk nikah kembar karena keterbatasan biaya dalam memenuhi tradisi. Namun, calon Fadly tiba-tiba dijodohkan orang tuanya dengan pria yang lebih mapan. Fadly harus menemukan jodoh penggantinya di waktu singkat yang tersisa, atau pernikahan kembar mereka terancam batal!
Sang sutradara menjelaskan sutradara, yang juga menulis skenario bersama Erwin Wu dan Alwi Shihab, sosok tiga bujang tersebut memang ada. Awalnya, proyek ini bermula dari sebuah pitching forum bernama Akatara pada 2019. Kisah yang ada di film tersebut, diangkat dari kisah nyata.
“Saat diminta di Akatara, kami membawa proyek dokumenter. Kami merekam bagaimana karakter tiga bujang yang juga namanya sama seperti di film, Fadly, Kifly, dan Ahmad dalam kenyataannya. Kemudian dari Starvision menawarkan untuk membuatnya menjadi film Bioskop. Pak Chand Parwez memberi support untuk saya menyutradarai film itu. Di film Jodoh 3 Bujang, di credit title nanti juga ada sosok asli dari tiga bujang yang menginspirasi film ini,” kata penulis dan sutradara film Jodoh 3 Bujang, Arfan Sabran.
Lanjutnya, film Jodoh 3 Bujang, Arfan mencoba membicarakan tragedi secara komedi. Uang panai, yang menjadi salah satu syarat dalam pernikahan di adat dan tradisi Bugis-Makassar, kini telah mengalami pergeseran.
“Di era flexing ini, uang panai kini bergeser maknanya. Nikah kembar menjadi solusi tekanan ekonomi yang ada di Makassar. Semoga hasilnya bisa memuaskan semua penonton dan menjadi kekayaan dari film nasional,” imbuh Arfan.
“Ini adalah sebuah cerita yang mengusik saya sejak 2019. Ini adalah kisah nyata. Begitu melihat ceritanya, ini menarik sekali. Bukan saja karena nikah kembarnya yang menarik. Tapi juga ada muatan esensial yang perlu dibawa ke sinema Indonesia, bagaimana perjodohan dipertaruhkan sebagai nama baik keluarga, dan mempertanyakan esensi jodoh pilihan sekali seumur hidup,” pungkas Chand Parwez Servia. (Dabir)