uklik.net – KumpulanOrang Orang Depok disingkat KOOD adalah organisasi atau perkumpulan yang berdiri sejak tahun 2001 silam. Penggagasnya saat itu adalah putra-putri asli Depok yang menjadi anggota DPRD, di antaranya H Naming Bothin (almarhum), KH Syihabudin Ahmad, Hj Ratna Nuryana, H Ahmad Dahlan, H Ma’ruf Aman, KH Ahmad Damanhuri, H Mazhab HM.
Dengan hari jadinya yang ke-21, KOOD mangangkat tema KOOD berbudaya menjaga kelestarian seni budaya dan bahasa Depok, di Rumah Budaya Depok di Kampung Rawa Denok, Kelurahan Rangkapanjaya Baru, Kecamatan Pancoran Mas, Kota Depok, Acara berlangsung sederhana dengan hadirnya tokoh KOOD serta Wali Kota Depok Mohammad Idris. Rabu (29/9/2021).
KOOD akan fokus mengurusi seni, budaya, dan mengedukasi warga Depok untuk merawat dan melestarikan bahasa para leluhur, yaitu bahasa asli Depok. Disepakati pula bahwa KOOD tidak berpolitik praktis, tapi mempersilakan anggotanya untuk berpolitik, asal tidak membawa-bawa nama organisasi KOOD.
Ketua Umum KOOD Ahmad Dahlan dalam sambutannya mengatakan, untuk bahasa Depok nantinya akan masuk di sekolah-sekolah dalam mata pelajaran Bahasa Depok. Mengingat bahasa pengantar Depok sekarang sudah lama hilang yang dikhawatirkan untuk generasi ke depannya Bahasa Depok akan punah dengan masuknya budaya dari luar.
“Dengan ulang tahun yang ke 21 ini saya berkeinginan agar Bahasa Depok bisa menjadi mata pelajaran di Kota Depok. Saya akan mencetak kamus bahasa Depok sebanyak 300 halaman,” kata Dahlan.
Wali Kota Depok dalam sambutannya mengatakan, sebagai organisasi yang menginjak usia ke-21 Insya Allah bisa bersinergi dengan Pemerintah Kota Depok serta akan lebih efektif lagi mengingat visi Kota Depok ada kata berbudaya, sesuai dengan Peraturan Daerah dari SK Gubernur Jawa Barat.
Dalam bidang pendidikan yang bersifat pembinaan sudah ada kewenangan kepala daerah dari Menteri Dikbud untuk melakukan pembelajaran istilahnya muatan lokal, dalam unsur budaya bahkan unsur agama jadi muatan lokal bisa dimasukkan di sekolah-sekolah di Depok. “Serta bahasa Depok juga bisa dikembangkan nantinya di sekolah sebagai muatan lokal bagi pelajar kita,” jelas Idris.
“Jangankan murid, guru saja sudah tidak engeh lagi Bahasa Depok,” kata Wali Kota Depok. (pray)