• uklik.net
  • Kabar Militer
  • News Uklik
    • Musik, Film, Budaya
    • Hukum & Kriminal
    • Pendidikan
    • Khazanah
    • Mancanegara
    • Iptek
    • Kesehatan
    • Olah Raga
  • News Daerah
    • Seputar Depok
    • Seputar Jawa Tengah
    • Seputar Jawa Barat
    • Seputar Jawa Timur
    • Seputar Banten
    • Seputar Jambi
    • Wisata Kab. Bogor
  • Vidio Uklik
  • Redaksi Uklik.Net
No Result
View All Result
  • uklik.net
  • Kabar Militer
  • News Uklik
    • Musik, Film, Budaya
    • Hukum & Kriminal
    • Pendidikan
    • Khazanah
    • Mancanegara
    • Iptek
    • Kesehatan
    • Olah Raga
  • News Daerah
    • Seputar Depok
    • Seputar Jawa Tengah
    • Seputar Jawa Barat
    • Seputar Jawa Timur
    • Seputar Banten
    • Seputar Jambi
    • Wisata Kab. Bogor
  • Vidio Uklik
  • Redaksi Uklik.Net
No Result
View All Result
No Result
View All Result
Home Khazanah

Negara Dinilai Kurang Peduli Kepada Karya Besar Penulis Sastra

uklik.net by uklik.net
07/09/2023
in Khazanah
Reading Time: 3 mins read
A A
0
Negara Dinilai Kurang Peduli Kepada Karya Besar Penulis Sastra
0
SHARES
0
VIEWS
Post Views : 34
8 / 100
Didukung oleh Rank Math SEO
Skor SEO

uklik.net – Sejumlah sastrawan, penyair, dan budayawan menilai, sampai hari ini negara dinilai kurang peduli terhadap karya besar para penulis sastra bila dibandingkan dengan negara ASEAN seperti Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam, Thailand dan Vietnam.

Demikian hasil rangkuman wawancara penulis dengan Prof.Dr.Wahyu Wibowo, Marlin Dinamikanto, Fanny Jonathans Poyk, dan Tatan Daniel di Jakarta, Kamis (7/9/2023).

BacaJuga

Bank Pertama di Indonesia Sudah Ada Sejak Jaman Vereenigde Oostindische Compagnie

Penggunaan Diffuser Banyak Manfaatnya Lohh

Wisata Religi Diskominfo dan Awak Media Sragen di Makam Raden Ayu Siti Khotijah di Kota Denpasar

Negara Dinilai Kurang Peduli Kepada Karya Besar Penulis Sastra

Sebelumnya keempat penyair dan sastrawan ini telah ditemui penulis pada acara peluncuran buku antologi puisi tunggal ke-6 berjudul IGA, RINDU TANAH PLASENTA karya Penyair Syarifuddin Arifin di kolong jembatan layang (flyover) Jln.Arief Rahman Hakim, Depok Baru, Jawa Barat, Minggu (3/9/2023).

“Pemerintah perlu memberikan perhatian khusus yakni kegiatan apresiasi sastra harus lebih ditingkatkan lagi terutama di sekolah-sekolah yang pernah ada, tetapi hilang.Betul, penyair di Indonesia bisa menjadi profesi asalkan ada dukungan dari pemerintah.Kan.sudah ada dana abadi kebudayaan dari pemerintah, manfaatkan dana abadi itu ,” ujar Prof.Dr.Wahyu Wibowo.

Sementara Penyair Perempuan Indonesia yang juga dikenal sebagai Cerpenis Fanny Jonathans Poyk di negara-negara ASEAN seperti Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam, dan Thailand perhatian pemerintahnya terhadap penulis sangat tinggi.

” Di sana seorang penulis dan sastrawan punya kelas paling tinggi. Aku sering ikut mereka.Itu mereka dibiayai oleh pemerintahnya.Apapun yang mereka minta langsung dihargai dan dipenuhi,” ujarnya.

Fanny Jonathans Poyk-penulis yang energik dan produktif ini- minta pemerintah terjun ke lapangan, dan lihat langsung aktivitas dan kegiatan berbagai komunitas sastra penyair dan sastrawan atau group-group kesenian lainnya seperti teater dan sebagainya baik di Kota Jakarta dan sekitarnya maupun sejumlah daerah.

“Itu kan ada dana abadi kebudayaan.Cari mereka yang potensial berkarya, lalu biayai karya dan kehidupan mereka sehari-hari.Lihat saja nasib kehidupan Presiden Penyair Indonesia Sutardji Calsoum Bachri dalam usia 83 tahun tiap bulan masih harus memikirkan bayar listrik, telepon, air,dan sebagainya,” katanya.

Kecuali mungkin kalau penulis itu pensiunan ASN, dapat uang pensiun, berkarya bebas dan tak pusing lagi bicara soal tunjangan dana sehari-hari.

“Saya ini ,misalnya, cuma bisa bergerak pada kata-kata, bergerak di dunia kata-kata, dan mencari peluang rezeki daru kata-kata, bahkan sampai jatuh sakit,” ceritanya.

Menurutnya, sampai saat ini para penyair dari kelas bawah tanah atau akar rumput (grass roots) masih berjuang sendiri.

“Misalnya, menulis karya sendiri seperti puisi, lalu menerbitkan jadi sebuah buku antologi dengan biaya sendiri.Bahkan menjual sendiri buku antologi tersebut, dan yang beli interen kita sendiri, diantara kita-kita saja,” kilahnya.

Begitu pula, lanjutnya, bila ada event-event sastra di luar negeri, terakhir ke Perancis.

“Ya, orangnya itu-itu saja, terutama orang-orang tertentu yang sudah punya link ke pemerintah dan swasta.Penulis yang dapat berangkat ke.luar negeri dipilih dari anggota mereka sendiri berdasarkan selera bukan secara acak.Seperti yang kemarin berangkat ke Perancis dari dia ke dia lagi,” tegasnya.

Tatan Daniel pada acara diskusi sastra terbuka peluncuran buku antologi puisi tunggal ke-6 karya Penyair Syarifuddin Arifin berjudul IGA, RINDU TANAH PLASENTA di kolong jembatan layang (flyover) Depok Baru, Minggu siang (3/9/2023) juga senada dengan pendapat Fanny Jonathans Poyk.

“Penyair menulis puisi karya sendiri,.lalu mencetak buku dengan biaya sendiri, dan menjajakan buku seorang diri juga.Dimanakah negara ? Bandingkan dengan negara Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam,atau Thailand, dan seterusnya.Saya ini tidak menyinggung isu buku, tetapi pada fisik buku.Tentu berkaitan dengan kita semua, dimana kita masih bikin puisi sendiri, cetak sendiri, dan menjual buku sendiri,” katanya seraya mempertanyakan setelah cetak buku antologi puisi apa yang kita terima.

“Jangan-jangan buku antologi puisi tunggal IGA RINDU TANAH PLASENTA karya Syarifuddin Arifin ini bisa hanya tersimpan di rak-rak buku Mas Arief Joko Wicaksono yang dikenal tekun dan cermat dengan penuh kasih sayang menyimpan buku dan karya sastra seperti HB.Jassin.Ataukah seperti seorang Adri Darmadji Woko yang beberapa waktu lalu pu blish persoalan musibah kematian kecil karena buku-buku sastra yang disimpannya dimakan rayap dan dihantam bencana banjir,” katanya.

“Ini persoalan kita bersama.Buku antologi puisi itu seharusnya bisa dicetak oleh negara.Saya kira hal-hal seperti ini pantas juga dilihat oleh para petinggi di kementerian.Saya ingat saat duduk di bangku SMP buku-buku koleksi Balai Pustaka dan Balai Pustaka juga menyebar sampai ke sekolah saya yang jaraknya kurang lebih 150 kilometer dari Kota Medan.Buku-buku sastra ini bisa dibeli negara, dan royalti dibayar kepada penyair,” ujarnya.

Ditambahkan oleh Tatan Daniel seharusnya negara bisa memberikan penghormatan atau pemuliaan, semisal, kepada seorang Arief Joko Wicaksono atau seorang Adri Darmadji Woko yang secara sukarela menyisihkan uang dan ruang untuk koleksi buku-buku tersebut.

Marlin Dinamikanto pada kesempatan wawancara dengan penulis menegaskan bahwa sastra itu tak bisa hanya diserahkan kepada komunitas per komunitas kalau mau berkembang.

” Sastra memang harus dikelola negara.Sekarang kita desak negara.Juga harus ada gerakan-gerakan di komunitas sastra itu sendiri,” pesannya.

Marlin Dinamikanto mengatakan lagi paradigma menteri kita kalau enggak ikuti kapitalisme yang berkembang akan banyak mengalami kesusahan.

“Produk-produk pendidikan tak akan terserap ke pasaran kerja.Kita sebenarnya sudah mewakafkan diri sebagai bangsa skrup yakni skrup-skrup kapitalisme.Kita cuma bagian dari bagian kapitalisme, tetapi bukan yang punya ide.Yang punya ide iti adalah kebebasan berfikir, termasuk menulus bagian atau wujud dari kebebasan berfikir.Ini merupakan ekspresi yang paling gampang dilacak jejaknya, ya, menulis itu.

Menjawab pertanyaan penulis mengapa pemerintah sekarang lebih fokus memperhatikan karya seni musik ketimbang sastra ?

“Industri musik itu kan hubungannya dengan intertaiment, sementara sastra untuk ‘menduitkan’ atau mengkapitalisir enggak bisa untuk unsur komersial yang sesaat,” pungkasnya. (**) Reporter : Lasman Simanjuntam

Previous Post

Pakai Media Radio , Caleg PAN DPR RI  Dapil 5 Jateng Bagi Bagi Hadiah di Pasar Klewer

Next Post

Grogol Jadi Perhatian Khusus , Relawan Umar Hasyim ( RUH ) Akan Lebih Fight

uklik.net

uklik.net

news - musik update

Baca Selanjutnya

Bank Pertama di Indonesia Sudah Ada Sejak Jaman Vereenigde Oostindische Compagnie
Khazanah

Bank Pertama di Indonesia Sudah Ada Sejak Jaman Vereenigde Oostindische Compagnie

09/03/2025
Penggunaan Diffuser Banyak Manfaatnya Lohh
Khazanah

Penggunaan Diffuser Banyak Manfaatnya Lohh

26/02/2025
Wisata Religi Diskominfo dan Awak Media Sragen di Makam Raden Ayu Siti Khotijah di Kota Denpasar
Khazanah

Wisata Religi Diskominfo dan Awak Media Sragen di Makam Raden Ayu Siti Khotijah di Kota Denpasar

22/09/2024
Next Post
Grogol Jadi Perhatian Khusus , Relawan Umar Hasyim ( RUH ) Akan Lebih Fight

Grogol Jadi Perhatian Khusus , Relawan Umar Hasyim ( RUH ) Akan Lebih Fight

KISAH BUKU MIJIL, IN MEMORIAM NIRWAN AHMAD ARSUKA DAN HARI LITERASI INTERNASIONAL

KISAH BUKU MIJIL, IN MEMORIAM NIRWAN AHMAD ARSUKA DAN HARI LITERASI INTERNASIONAL

LHKP PWM Jateng Audiensi Ke Universitas Muhammadiyah Kudus ( UMKU ) , Rancang Agenda Kedepan

LHKP PWM Jateng Audiensi Ke Universitas Muhammadiyah Kudus ( UMKU ) , Rancang Agenda Kedepan

Gayeng Penuh Antusias Konsolidasi Caleg PAN DPR RI ( Umar Hasyim ) Di Talang Bayat Klaten 

Gayeng Penuh Antusias Konsolidasi Caleg PAN DPR RI ( Umar Hasyim ) Di Talang Bayat Klaten 

Please login to join discussion
  • BERITA UKLIK
  • Pedoman Media Siber
  • Redaksi Uklik.Net
email : ukliknews08@gmail.com

2018 © uklik.net All Rights Reserved.

No Result
View All Result
  • uklik.net
  • Kabar Militer
  • News Uklik
    • Musik, Film, Budaya
    • Hukum & Kriminal
    • Pendidikan
    • Khazanah
    • Mancanegara
    • Iptek
    • Kesehatan
    • Olah Raga
  • News Daerah
    • Seputar Depok
    • Seputar Jawa Tengah
    • Seputar Jawa Barat
    • Seputar Jawa Timur
    • Seputar Banten
    • Seputar Jambi
    • Wisata Kab. Bogor
  • Vidio Uklik
  • Redaksi Uklik.Net

2018 © uklik.net All Rights Reserved.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
This website uklik.net cookies. By continuing to use this website you are giving consent to cookies being used. Visit our Privacy and Cookie Policy.