KLATEN – UKLIK.NET – Petani di desa Jatirejo, Tulung, Klaten, Jawa Tengah beberapa waktu lalu cukup resah dengan hama tikus yang sering merusak padi di sawah karena sangat mengurangi hasil panen padi. Salah satu upaya untuk mengusir tikus dilakukan dengan cara menggropyok.
Sebagai alternatif, pemuda di dukuh tersebut menangkarkan burung hantu Tyto Alba untuk mengurangi serangan hama tikus yang banyak menyerang tanaman petani setempat.
Di dalam kandang berjeruji kawat ukuran 3×2 meter, 2 ekor anak burung hantu Tyto Alba atau serak jawa usia 2 bulan hasil penangkaran dikurung untuk menunggu saat yang tepat untuk dilepas sekitar persawahan petani setempat.
Sebelumnya di kandang tersebut ada 8 ekor anak burung hantu Tyto Alba, tetapi 6 ekor anak hantu Tyto Alba sudah dilepas.
Menurut kepala Desa Beji Tulung Klaten, Dedy Irawati, usaha penangkaran burung hantu Tyto Alba tersebut, sudah berlangsung sejak setahun terakhir.
” Ide penangkaran sendiri datang dari pemuda yang justru tidak memiliki sawah tetapi menaruh perhatian dengan kesulitan petani yang tanaman khusus padi banyak di serang hama tikus,kepedulian sosial pemuda disini memang tingg,” ujar Irawati, ditemui Reporter UKLIK.NET saat melihat gupon dipersawahan dan penangkaran, Rabu(20/10).
Dari situlah, dikatakan Irawati dengan cara patungan pemuda desa Jatirejo mulai membuat kandang atau oleh warga biasa disebut pagupon, yang menghabiskan biaya hampir 1 juta per kandang.
Setelah kandang/pagupon berbahan semi asbes berukuran 50 cm x 30 cm selesai lalu diletakkan di atas pipa besi dengan ketinggian kurang lebih 4-5 meter.
Saat ini ada 22 kandang burung hantu yang sudah diletakkan di sejumlah lokasi persawahan petani sekitar. Setelah kandang siap, indukan burung Tyto alba, yang sebelumnya dibeli harga Rp 500 ribu dilepas di area persawahan
Dari situlah burung berwajah seperti jantung tersebut mulai tinggal dikandang dan beberapa saat kemudian berkembang biak. Untuk mengetahui ada tidaknya burung hantu yang bertelur, biasanya para pemuda dengan menggunakan tangga secara rutin memeriksa kandang/pagupon.
Apabila di salah satu kandang ditemukan telur atau telur yang sudah menetas maka akan dilakukan pengawasan intensif. Setelah umur sebulan, anak-anak burung hantu Tyto alba dipindah ke kandang penangkaran warga agar kondisi kesehatan dan makanan lebih terjamin.
Selama dikandang penangkaran, anak-anak burung Tyto alba diberi makanan mencit tikus putih berukuran kecil. Tikus mencit juga dibudidayakan oleh warga setempat sebagai pakan burung hantu Tyto Alba. Per hari diperlukan sampai 12 ekor mencit tikus putih untuk makan satu ekor anakan burung hantu Tyto Alba.
Menurut kepala desa berpenampilan anggun ini, setelah adanya burung hantu yang menempati kandang di persawahan petani, serangan tikus berkurang drastis. Hal tersebut dikarenakan tikus banyak yang menjadi mangsa burung hantu Tyto Alba yang berada di kandang-kandang sekitar persawahan.
Melihat dampak langsung dari burung hantu Tyto Alba, menurut Dedi, pihaknya akan membantu pemuda terutama dalam pembiayaan pembuatan kandang atau pagupon. Pembuatan kandang/pagupon, masih akan terus dilakukan hingga mencapai angka ideal 50 kandang. ( Tim Jurnalis UKLIK.NET – Salahuddin Al Ayyubi SP )