UKLIK.NET – SOLO – Tiga hari pasca insiden, serangan kelompok laskar dikampung Mertodranan, Pasar Kliwon Kota Solo, personil Polresta Surakarta masih berjaga disekitar lokasi.
Insiden yang terjadi Sabtu(8/8) petang itu, selain menimbulkan tiga orang luka, juga memantik perhatian tokoh tokoh seperti Kapolri, Gubernur Ganjar dan Gusdurian.
Reporter UKLIK.NET yang terus memantau lokasi pada Senin(10/8) malam, melaporkan beberapa update yang terjadi. Selain masih melakukan penjagaan, Polresta Surakarta melalui rilis yang disampaikan Kepala Kepolisian Resor Surakarta Kombes Andy Rifai telah menangkap dua pelaku penyerangan. Mereka berinisial BD dan HD.
Kabar tentang korban penyerangan yaitu Umar Abdillah Assegaf, 57 tahun yang masih dirawat di Rumah Sakit Indriati Solobaru, sudah mulai membaik. Bahkan dalam video yang dishare oleh keluarga tampak Umar Abdillah Assegaf menyambut dengan haru kedatangan putrinya yang usai menjalani akad nikah.
UKLIK.NET berusaha mengulik tentang sosok Umar Abdillah Assegaf, yang menjadi dikenal karena menjadi korban penyerangan kelompok laskar.
” Ami Umar ini memang habib, tapi beliau bukan ulama atau mubaligh yang biasa memberi ceramah. Beliau ini pedagang, dari keluarga Abdillah Assegaf yang dulu dikenal sebagai pengusaha, salah satunya perusahaan tegel Borobudur di Pasar Kliwon, ” Ujar Farid Umar, seorang aktifis pergerakan di Solo yang juga bermarga Assegaf.
Farid Umar juga menjelaskan rumah yang menjadi lokasi acara pada Sabtu, yang digeruduk oleh kelompok laskar. ” Rumah di Mertodranan itu biasa kita sebut Baitul Ummah, itu milik almarhum Segaf Aljufri, yang sering dijuluki Segaf Piul karena pinter main biola. Beliau Segaf Piul meninggal pada 2011, dan selama ini kosong. Bahkan sejak tahun 2018 lalu tak ada lagi kegiatan disitu, ” jelas Farid Umar.
Masih menurut Farid Umar, mendiang Segaf Piul memang dikenal sebagai tokoh penganut Syiah di Pasar Kliwon. ” Bahkan sejak masa Orde Baru dulu, kegiatan penganut Syiah di Baitul Ummah itu lancar lancar saja. Baru dalam tiga tahun ini kegiatan di Baitul Ummah mendapat penolakan bahkan persekusi, ” tambah Farid Umar, yang aktifis 98 dari Kampus UMS ini.
Para penganut Syiah, menurut Farid Umar biasa melakukan ritual peringatan dalam tempo berdekatan. ” Kemarin saat ada insiden penyerangan, kebetulan pas tanggal 18 Dzulhijah, itu memang hari peringatan Idhul Ghodir, yaitu mengenang saat Rasulullah memegang tangan Sayidina Ali, usai mengucapkan Almaidah ayat tiga yang berbunyi,
Alyauma akmaltu lakum diinakum (Hari ini Aku sempurnakan untukmu agamamu), wa atmamtu ‘alaykum ni’matii…,” terang Farid Umar yang menyebut peristiwa itu sebagai moment penunjukkan Sayidina Ali sebagai penerus perjuangan Rasul.
Kemungkinan, menurut Farid Umar, kelompok laskar ini, mengira ada peringatan Idhul Ghodir. Tanpa tabayun dulu, mereka langsung datang dan berusaha membubarkan acara yang sebenarnya doa menjelang hajat pernikahan.
Sedangan peringatan lain dengan ritual penganut Syiah adalah 10 Muharram yang biasa disebut Assyura.
Himah dari penyerangan itu, menurut Farid Umar, adalah bersatunya para habaib dalam mengutuk periistiwa itu. Seperti diketahui, tokoh habaib seperti Habib Novel Alayidrus yang selama ini menolak Syiah ikut mengecam penyerangan tersebut. ( Saf – Tim Jurnalis UKLIK.NET )
3 Attachments