Pulau Sumba selalu diguncang gempa karena berada pada batas pertemuan dua lempeng tektonik, yaitu lempeng Indoaustralia dan lempang Eurasia. Tercatat telah beberapa kali Sumba diguncang gempa. Pada tahun 1977 terjadi gempa berkekuatan 7.0 skala richter (SR) yang mengakibatkan gelombang tsunami setinggi 10 meter, selanjutnya bulan April 2019, dan kejadian terakhir pada tanggal 22 Januari 2020 dengan kekuatan 6.4 skala richter.
Berdasarkan beberapa kejadian tersebut Pulau Sumba diprioritaskan secara nasional oleh Pushidrosal untuk dilakukan survei dan pemetaan hidro-oseanografi.
Berkaitan dengan hal itu, Pusat Hidrografi dan Oseanografi TNI AL (Pushidrosal) menempatkan perairan Waikelo, Sumba Barat Daya provinsi NTT sebagai prioritas untuk dilakukan survei hidro-Oseanografi pada tahun 2020 ini.
Menurut Kapushidrosal Laksda TNI Dr. Ir. Harjo Susmoro, S.Sos.,S.H., M.H, Operasi survei dan pemetaan ini digelar untuk kepentingan pemutakhiran data hidrografi, oseanografi, meteorologi, dan geografi maritim, guna mencari alternatif pantai untuk beaching dan fasilitas sandar untuk evakuasi medis dalam rangka mitigasi bencana.
“Selain itu, operasi survei dan pemetaan ini juga bertujuan untuk pemutakhiran Peta Laut Indonesia nomor 115, 295, 298 dan 304, serta informasi publikasi nautika lainnya” Kata Kapushidrosal.
Kapushidrosal Laksamana Muda TNI Dr. Ir. Harjo Susmoro mengatakan pemetaan hidrografi dan oseanografi dalam mitigasi bencana maupun dukungan penanggulangan bencana merupakan hal yang sangat penting, terutama untuk daerah-daerah perairan yang rawan bencana seperti Pulau Sumba di NTT.
“Akuisisi data survei hidro-oseanografi yang dilakukan dapat digunakan untuk menetapkan pantai untuk beaching dan fasilitas sandar guna pergeseran logistik dan jalur evakuasi di sekitar daerah bencana, serta pemuktahiran data hidrografi, yang merupakan hal yang sangat penting demi suksesnya misi bantuan kemanusiaan penganggulangan bencana,” ujarnya.
Tim survei Pushidrosal di bawah pimpinan Dan Unit Survei Letkol Laut (P) Arif Budi R ini melakukan operasi survei dan pemetaan yang meliputi pengambilan data kedalaman (pemeruman), pencitraan dasar laut, verifikasi Sarana Bantu Navigasi Pelayaran (SBNP), pemasangan stasiun pasang surut, pengukuran arus, pengukuran ketebalan sedimentasi, pengambilan contoh dasar laut, pengamatan meteorologi, verifikasi toponimi, serta pengumpulan data geografi maritim.
Untuk evaluasi dan melihat keakuratan data yang sudah dihasilkan agar sesuai dengan standar yang sudah ditetapkan oleh International Hydrographic organization (IHO), dilakukan inspeksi oleh Direktur Personel (Dirpers) Pushidrosal Kolonel Laut (S) Suhartoyo yang didampingi Kasubdis Peta Khusus Letkol Laut (P) Bambang Marwoto.
Selama melaksanakan tugasnya Tim Survei di dukung oleh Pemda Sumba Barat Daya, Pemda Sumba Barat, Pemda Sumba Tengah, BPBD setempat, Kades beserta Ketua BPD Lokory serta umbu dan Habibie sebagai pemuda nelayan waikelo serta Posal Waingapu Lanal Rote.