uklik.net – Ucapan “minal aidin wal faizin” biasa terdengar setiap kali Idul Fitri tiba. Sudah menjadi tradisi saat Idul Fitri, umat Islam Tanah Air akan meminta maaf satu sama lain.
Mereka saling berkunjung ke tempat keluarga, kerabat, sahabat, hingga tetangga. Satu sama lain saling berjabat tangan dan mengucapkan “Minal ‘aidin wal faizin, mohon maaf lahir dan batin.”
“Minal aidin wal faizin” merupakan petikan dari bahasa Arab. ‘Aidin berasal dari kata ‘aidu yang artinya kembali. ‘Aidin merupakan bentuk fail (pelaku) yang menjadi jamak mudzakkar salim.
Sementara, “aidin” dapat diartikan “orang-orang yang kembali”, sementara, “al faizina” diambil dari kata kerja (fiil) faza. Seperti halnya “al ‘aiduna”, “al faizina” juga menjadi jamak mudzakkar salim yang berarti “orang-orang yang menang.”
Pengertian “jamak mudzakkar salim” adalah bentuk kata yang menyatakan lebih dari satu dalam bentuk yang selamat dari perubahan pada struktur pokoknya dan menunjukkan arti laki-laki, disebut salim karena penanda perubahan berupa imbuhan akhir atau sufiks sehingga disebut salim, salim berarti ‘selamat atau utuh’.
Ucapan “minal aidina wal faizin”, ternyata merupakan petikan dari lantunan syair pada masa Andalusia. Andalusia adalah sebuah komunitas otonomi Spanyol. Andalusia adalah wilayah otonomi paling padat penduduknya dan kedua terbesar dari 17 wilayah yang membentuk Spanyol. Ibu kotanya adalah Sevilla.
Penyair bernama Shafiyuddin al-Huli membawakan sebuah syair yang mengisahkan dendangan kaum wanita pada hari raya. Petikan dari salah satu syairnya itu terdapat kalimat “Ja’alna minal ‘aidina wal faizina (jadikan kami dari orang-orang yang menang dan orang-orang yang beruntung).”
Sejarah
Ucapan tersebut memiliki sejarahnya sendiri, terutama terkait Perang Badar, perang antara antara umat Islam melawan Quraisy. Dilansir dari berbagai sumber, dalam sejarah Islam, perayaan Idul Fitri pertama kali adalah pada 624 Masehi atau tahun kedua hijriah. Waktu tersebut bertepatan dengan selesainya Perang Badar yang dimenangkan oleh kaum Muslimin.
Perang Badar sendiri terjadi pada 17 Ramadan dan pasukan Rasulullah hanya berjumlah sedikit dibandingkan musuh. Namun berkat perlindungan dan bantuan Allah SWT, Perang Badar bisa dimenangkan oleh Rasulullah dan para pasukannya.
Kemenangan Perang Badar lantas dirayakan secara besar-besaran, sebagai bentuk syukur kepada Allah SWT. Dari kemenangan inilah, muncul ungkapan “Minal ‘Aidin wa Faizin” yang versi lengkapnya, “Allahummaj ‘alna minal ‘aidin walfaizin”. Artinya: “Ya Allah, jadikanlah kami termasuk orang-orang yang kembali (dari Perang Badar) dan mendapatkan kemenangan.”
Pada perayaan Idul Fitri pertama ini, kaum muslimin merayakan dua kemenangan perdana. Adalah pencapaian ritual puasa Ramadan setelah berjuang menahan lapar, haus, dan hawa nafsu, sekaligus keberhasilan dalam Perang Badar. ***