uklik.net—Di balik gedung Rusunawa Tapos yang usang, terukir kisah inspiratif tentang keguyuban warga. Berawal dari lahan tidur yang dipenuhi beton dan sampah, kini berdiri subur Kelompok Tani “Doa Istri” dan berbekal semangatlah yang menjadi saksi bisu kebangkitan komunitas ini. Kisah ini membuktikan, sinergi antara warga, tokoh masyarakat, dan pemerintah dapat mengubah tantangan menjadi peluang.
Dari Lahan Terbengkalai Menjadi Pusat Pertanian
Menurut Suriyadi, Ketua Kelompok Tani Doa Istri, inisiatif ini bermula pada tahun 2023, pascapandemi. Bersama sejumlah warga, ia memberanikan diri meminta izin kepada Kepala Dinas Pertanian untuk mengubah lahan di belakang rusunawa menjadi area produktif. Lahan yang awalnya hanya hamparan cor-coran, sampah, dan puing, kini disulap menjadi kebun yang hijau.

“Kami bergotong royong, mengangkat batu, sampah, sampai pecahan beling. Ini semua berkat semangat guyub,” ujar Suriyadi.
Dukungan pun mengalir. Selain dari dinas dan UPT, peran RT Nurdin dan tokoh masyarakat lainnya menjadi kunci. Pada tahun 2024, jerih payah mereka diakui secara resmi dengan terbitnya SK Kelompok Tani dari dinas dan kelurahan.
Peran Sentral Disrumkim
Keterlibatan Disrumkim dimulai ketika warga, yang diwakili oleh Ketua Poktan Suriyadi, meminta izin kepada kepala dinas Dadan Rustandi, untuk mengelola lahan kosong di rusunawa. Dukungan dari dinas ini memberikan legitimasi dan dorongan moral yang kuat bagi warga. “Semenjak Kepala Dinas datang ke sini, kami nambah semangat untuk memperbaiki fasilitas yang selama ini tidak terawat,” ungkap Suriyadi.

Guyub Warga Berlanjut ke Perbaikan Fasilitas
Semangat ini tak berhenti di sektor pertanian, beberapa tamu dari luar yang datang terkesan dengan kerja keras warga, mereka menawarkan bantuan yang tidak mengikat. Dana tersebut dimanfaatkan untuk perbaikan fasilitas umum, seperti pembelian karpet masjid dan mesin, hingga pengecoran lapangan voli lengkap dengan tiang dan lampu. Ini adalah bukti nyata bahwa kolaborasi dapat menghasilkan karya monumental.
Perjuangan RT dalam Menata Warga Rusunawa
Di sisi lain, RT Nurdin menceritakan tantangan unik yang ia hadapi. Sebagai RT yang membawahi Rusunawa, ia berhadapan dengan beragam karakter penghuni. “Dinamikanya berbeda dari lingkungan kampung. Ada yang pura-pura miskin padahal mampu,” ungkapnya.
Nurdin menyayangkan adanya ketidaksesuaian ini, sebab rusunawa seharusnya diperuntukkan bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR). Ia mengakui, penegakan aturan tidak mudah dan membutuhkan sinergi kuat dengan UPT.

Meskipun demikian, Nurdin bersyukur, semangat kebersamaan telah kembali tumbuh. Adanya kelompok tani tidak hanya membuat dinas melirik rusunawa, tetapi juga membangkitkan kesadaran warga untuk ikut serta.
Harapan Nurdin sederhana namun mendalam : “Saya ingin warga saling bertegur sapa, tidak lagi acuh. Kekompakan adalah kunci agar rusunawa ini lebih maju dan nyaman.”
Sinergi yang terjalin antara Kelompok Tani Doa Istri dan warga Rusunawa Tapos menjadi model nyata bagaimana inisiatif kecil mampu membawa perubahan besar. Dari sepetak lahan, mereka merajut asa, membangun kekompakan, dan membuktikan bahwa gotong royong adalah aset paling berharga dalam sebuah komunitas. (AS)