uklik.net – SOLO – Aktifis pergerakan politik nasional Syahganda Nainggolan tampil berorasi di Kota Solo pada , Minggu(11/6) siang. Orasi Syahganda memang ditunggu tunggu oleh ribuan peserta Diskusi 26 Tahun Mega Bintang , yang digelar di Gedung Umat Islam Kartopuran Kota Solo Jawa Tengah.
Selain Syahganda , tampil juga dalam pertemuan itu tokoh tokoh pergerakan berskala nasional maupun regional. Selain Mudrik Sangidoe pendiri Mega Bintang , tokoh lain yang datang antara lain , Prof. Dr. Amien Rais – Eggy Sudjana – Muslim Arbi – Muhammad Taufik – Syukri Fadholi – Damai Hari Lubis – dan dimoderatori Politisi senior asal Sragen Rus Utaryono.
Sementara diantara tokoh lokal yang hadir antara lain Utoyo Abadi – RM Kus Raharjo – Supardi Kertamenawi – HM Sungkar dan Usman Amiruddin.
Silih berganti para tokoh berorasi , dari jam 09.00 hingga 12.00 wib dengan tema People Power. Banyak pendapat pro dan kontra dalam orasi para tokoh ini.
Salah satu orasi yang menarik muncul dari Syahganda Nainggolan yang menyebut perlunya Kesabaran Revolusioner dalam menyikapi kondisi politik tanah air. Kesabaran Revolusioner itu adalah melihat gelombang arah politik sehingga bisa berbuat sesuai ingin dicapai. Dalam hal ini , Syahganda memberi contoh pada diri Anies Baswedan dan Habib Riziek. Anies dinilai mampu dalam melihat gelombang politik dan mengambil keputusan. ‘ Jadi kita tidak boleh terlalu reaktif menghadapi keadaan politik. Kita harus menyesuaikan dengan konstitusi yang ada,’ tandas Syahganda , ketika dihampiri uklik.net seusai acara. ( Maksud dari Kesabaran Revolusioner bisa disimak dalam video tautan berita ini – Red )
Orasi Syahganda tentang Kesabaran Revolusioner ini ditanggapi positif oleh tokoh tokoh lainnya.
Lawyer senior M Taufik mengaku sependapat dengan Syahganda. ” Kita memang perlu melakukan revolusi, tapi revolusi konstitusional yang tidak reaktif, ” ungkap Taufik , mantan Politisi PPP Solo yang kini lebih dikenal sebagai pengamat hukum.
Seperti diketahui , Syahganda memiliki jejak panjang sebagai seorang aktivis. Pria kelahiran Medan, 27 November 1965, itu sempat mengenyam pendidikan di Institut Teknologi Bandung (ITB) sebelum akhirnya drop out karena aktivitas politiknya menentang Orde Baru kala itu.
Sebagai aktifis , Syahganda tercatat dijebloskan ke penjara oleh rezim penguasa sejak jaman orde baru hingga Jokowi sebanyak 4 kali.
Terakhir Syahganda dibui terkait dengan aktifitasnya dalam KAMI.
Di era kepemimpinan Jokowi periode kedua, Syahganda muncul kembali setelah ia menyatakan dukungan dan ikut hadir dalam deklarasi KAMI pada Agustus 2020 lalu. Bersama Din Syamsuddin hingga Gatot Nurmantyo, ia kemudian aktif di koalisi tersebut dan didapuk sebagai Sekretaris Komisi Kerja (Komja). ( Tim Jurnalis uklik.net – SAFRUDIN )