SOLORAYA – UKLIK.NET – Kesemarakan perayaan Hari Merdeka di Desa Jurangjero yang ada di Karangmalang Kabupaten Sragen terasa berbeda dengan yang lainnya. Sekitar 60 penjual jamu gendong yang tergabung dalam Komunitas Jamu Gendong EMPU seger waras menggelar upacara bendera dengan khidmat. Mereka juga bergembira dalam lomba dan fashion show model penjual jamu gendong.
Sebuah upacara yang dikemas secara sederhana namun khidmat digelar oleh sekitar 60 penjual jamu anggota Komunitas Jamu Gendong EMPU. Sejak pagi mereka sudah berdandan cantik untuk bisa berpastisipasi dalam peringatan hari kemerdekaan yang ke-77 kali ini. Tentu saja berbeda dengan upacara dikantor-kantor atau instansi formal , yang secara serempak menggelar upacara tujuhbelasan. Ibu ibu penjual jamu gendong ini memperlihatkan keguyubrukunan antar sesama penjual jamu , dalam memperingati hari kemerdekaan ke-77 kali ini.
Bertempat dirumah salah satu penjual jamu yang juga sekretariat Komunitas Jamu Gendong EMPU Seger Waras Sragen , di Desa Jurangjero Kecamatan Karangmalang , upacara ini disesuaikan dengan lokasi yang tak terlalu luas , namun tetap memakai tata upacara yang ada , seperti menyanyikan lagu Indonesia – Pembacaan Teks Proklamasi – Pembacaan Pancasila – Pembacaan Pembukaan Undang-Undang 45 – serta menyanyikan lagu lagu perjuangan.
Pendiri Komunitas EMPU Fesyen Berkelanjutan yang juga pembina Komunitas Jamu Gendong EMPU , Leya Cattleya Soeratman, hadir khusus dari Jakarta untuk menjadi inspektur upacara dalam kegiatan ini.
Menurut Leya Catleyya , fihaknya menyambut peringatan Hari Merdeka ini secara spesial dengan membawa para penjual jamu gendong untuk melakukan upacara. Selebihnya juga dilakukan kegiatan fashion show dan berbagai macam lomba.
Dikatakan Leya Cattleya , Saat ini terdapat 340 orang ibu jamu Gendong EMPU di wilayah Sragen, Semarang, Temanggung, Yogyakarta, Kutoarjo, Batu dan Malang, Sumenep Madura, Ambon, Kepulauan Seram dan Pulau Buru, serta Palu (Sulteng) dan Jakarta serta Tangerang Banten. Anggota terus bertambah karena berita tentang kegiatan Komunitas Jamu EMPU menarik para ibu jamu lainnya.
Para penjual jamu di Komunitas Jamu Gendong EMPU ini selain banyak menggelar kegiatan dalam dua setengah tauh ini , mereka juga belajar tentang Eco Enzim , Ecoprint , Shibori ( Batik pewrna alam ) , selain juga pelatihan yang menghadirkan Badan Pengawas Obat dan Makanan.
Leya juga menyebut , selama ini kegiatan yang menarik , seperti fashion show yang digelar diatas kapal , diatas Kereta Api Argo Muria , diatas jembatan penyeberangan , diekskalator dan sebagainya. ” Untuk jamu gendong kami juga melakukan hal-hal unik , karena untuk dapat advokasi lebih baik, ” ujar Leya Cattleya , pendiri the Soeratman Foundation yang juga seorang pegiat sosial dan literasi serta aktif juga sebagai konsultan.
Komunitas Jamu Gendong EMPU Sragen ini didampingi oleh ” Pamong ” yang mumpuni , yaitu Theresia Eko Setyowati , seorang aktifis yang memiliki latar belakang ilmu pertanian , dan memiliki pengalaman sebagai auditor pertanian organik.
Ibu jamu di Sragen dan juga berpartisipasi dalam peragaan busana yang diselenggarakan oleh Komunitas EMPU untuk Fesyen Berkelanjutan. Hal ini penting untuk meningkatkan rasa percaya diri, disamping menambah ilmu di luar ilmu jamu. Apa yang meraka lakukan telah ditampilkan dalam talkshow dan peragaan busana EMPU yang mendapat dukungan Uni Eropa melalui program Climate Diplomacy Week pada Oktober 2020.
Komunitas Jamu Gendong EMPU juga melakukan hal bermanfaat bagi masyarakat di luar kalangan ibu jamu. Ketika berjualan jamu, pada umumnya Ibu Jamu Gendong membawa serta berbagai penganan yang dibuat oleh tetangganya. Mereka juga membagi bibit tanaman kepada tetangga di desanya, dan memberikan donasi jamu untu kelompok masyarakat yang sedang menjalani Isoman di masa Pandemi.
Hal ini memperkuat manfaat atas keberadaan jamu gendong di wilayahnya. Kelompok juga mengelola Kebun Belajar Organik di Sambirejo. Tanah wakaf dari sahabat EMPU seluas 3.500 m2 ini sangat bermanfaat menjadi kebun belajar dan juga kebun yang menghasilkan buah2an dan tanaman bermanfaat. Saat ini, kelompok sedang berjuang mempertahankan keberadaan kebun yang di’kepung’ tambang galian C yang sangat rawan banjir. ( Tim Jurnalis UKLIK.NET – Safrudin )