uklik.net – Sampah memang telah menjadi permasalahan yang serius untuk kota-kota di seluruh Indonesia. Tak terkecuali Kota Depok, yang setiap tahun mengalami peningkatan beban sampah yang dihasilkan dari sampah rumah tangga dan yang lainnya.
Pada tahun 2018 sampah yang masuk dipembuangan Akhir (UPT TPA) Cipayung mencapai 850-900 ton per hari, namun kini sudah mencapai 1000 ton perhari. Hal itu dikemukajan oleh Kepala UPT TPA Cipayung, Ardan dalam diskusinya dengan Lembaga Kajian Sekber Wartawan (LKSW) Kota Depok, di kantornya, Rabu (19/06/19).
“Ada penambahan pembuangan sampah ke TPA Cipayung tiap tahunnya. Hingga kini tidak kurang 1000 ton per hari,” kata Ardan menjelaskan.
“Sebanyak 0,6 kilogram sampah untuk satu orang lalu dikalikan jumlah penduduk Kota Depok sekitar 2 juta jiwa. Belum lagi sampah yang bukan dari warga lainnya,” jelas Ardan lagi.
Putra Gara, selaku direktur LKSW berharap penanganan sampah di Kota Depok memang harus serius dilakukan. Mengingat Depok sebagai kota satelitnya ibu kota menjadi tolak ukur dari keberhasilannya pembangunan.
“Kita harus dapat menyelesaikan sampah mulai dari hulunya. Hingga hilir tak banjir sampah. Karena TPA Cipayung sebagai hilir dari sampah Depok sudah begitu menggunung. Sehingga dikhawatirkan akan terjadi longsor gulungan sampah. Kalo itu terjadi yang dirugikan tentu masyarakat sendiri, terutama yang berada dekat TPA Cipayung,” jelas Gara panjang lebar.
Gara menjelaskan LKSW memiliki program yang mungkin bisa jadi solusi dari permasalahan sampah di Depok, dengan membuat pola mengelola sampah ditingkat kecamatan, sehingga sampah sudah dihabisi di setiap kecamatan.
“Hal ini memang perlu keseriusan. Selain harus menggunakan teknologi modern yang dapat mengelola sampah, kesadaran masyarakat juga harus ditingkatkan,” kata Gara lagi.
Pengelolaan sampah tepat guna menjadi salah satu program kerja LKSW yang mungkin bisa bersinergi dengan pemkot kota Depok umumnya, dan UPT sampah khususnya.
“Ini memang tidak mudah dan perlu waktu, tetapi kita harus mencobanya,” ungkap Gara mengakhiri.