uklik.net – Berawal dari banyaknya anak yang mengatakan cita –citanya ingin menjadi pilot, hati Theresia Eko Pudjiastuti, Pembina Sekolah SD Pemuda bangsa pun tergelitik ingin membuat eskul yang bisa memperkenalkan anak pada dunia penerbangan. Hal itu akhirnya bisa terwujud dengan hadirnya Thomas dan rekannya yang awalnya berkecimpung di dunia penerbangan di Papua.
Thomas yang memeng sudah mengabdikan diri di dunia pendidikan ini pun akhirnya didapuk menjadi pembimbing Eskul Aeromodeling. Sementara materi pembelajarannya sebagian diambil dari pengalaman sang rekan. Tak sia-sia peminat Aeromodeling ini cukup banyak. Bahkan Eskul tak lazim untuk tingkat SD ini pun sempat menuai pujian berbagai pihak dan[ juga berprestasi.
“ Tahun lalu 6 siswa kami ikut pertandingan Kualifikasi PON di Bandung. Tak dinyana kami berhasil mencuri perhatian dengan mendapat predikat Peserta Termuda. Keenam siswa yang ikut baru kelas 6 SD sementara lomba ini masuk kategori umum. Kebanggaan lain meski lawannya orang dewasa anak-anak kami berhasil menempati urutan ke 23 dari 63 peserta. Ini cukup membanggakan dan memotivasi kami agar bisa lebih baik,” tutur Thomas.
Eskul yang mengambil tema The Future begins with Curiousity And Dream ( Masa depan berawal dari rasa ingin tahu dan mimpi ) ini dikelola oleh Red Walet Management . Dikelas Aeromodeling ini anak-anak belajar tentang mendesain , merakit dan menerbangkan pesawat remote control chuck glider, helicopter dan pesawat trainer. Mereka juga belajar tentang keseimbangan, gravitasi bumi dan lainnya. Peralatan dan bahan disediakan oleh fihak sekolah, sedangkan mereka tinggal belajar.
Selain Eskul Aeromodeling masih ada 14 eskul lain diluar pramuka. Tak hanya menawarkan berbagai eskul disamping pelajaran inti, Eko Pujiastuti juga berupaya mendidik para siswa dengan cara membangun karaketer yang tangguh.
“ Pendidkan karakter di sekolah kami justru dari hal- hal kecil misalnya mengajarkan kejujuran, membuat anak bisa memahami norma-norma agama, menjaga etika kesopanan dan berperilaku baik terhadap sesame teman, hidup sehat dengan menjaga kebersihan dan sebagainya,” paparnya.
“ Pendidkan karakter di sekolah kami justru dari hal- hal kecil misalnya mengajarkan kejujuran, membuat anak bisa memahami norma-norma agama, menjaga etika kesopanan dan berperilaku baik terhadap sesame teman, hidup sehat dengan menjaga kebersihan dan sebagainya,” paparnya.
Eko Pujiastuti termasuk guru yang telah menggeluti dunia pendidikan 34 tahun kurang setuju dengan fullday school, baginya itu mengurangi waktu anak bersama orang tua.
“ Sekolah bukan laundry, dimana sekolah di titipi siswa orang tuanya tahunya semua beres. Waktu bersama keluarga haruslah dominan. Karena pendidikan karakter anak yang pertama adalah dari keluarga, perhatian orang tua pada anak, kasih sayangnya. Harus ada perhatian orang tua jika ingin anaknya berkembang,” ujarnya menutup pembicaraan. (toro)