uklik.net – Sukoharjo – Imbas dari munculnya Keraton Agung Sejagat, membuat keberadaan keraton baru, yang sudah eksis di sejumlah tanah air, di “usik” keberadaannya. Seperti Karaton Kasultanan Pajang, yg sudah 11 tahun, yang didirikan di kampung Makam Haji, Pajang, Sukoharjo, Jawa Tengah.
Seorang yang sebelumnya berfrofesi sebagai kontraktor , akhirnya menyandang gelar Sultan Prabu Hadiwijaya Khalifatullah IV. Reporter uklik.net Sholahudin SP , Sabtu(17/1) sore mendatangi langsung lokasi yang disebut Kasultanan Karaton Pajang. Nama tersebut diambil dari Kerajaan Pajang yang didirikan Jaka Tingkir atau Sultan Hadiwijaya diketahui telah runtuh lebih dari 400 tahun yang lalu. Lokasinya pun bersebelahan dengan petilasan Kasultanan Karaton Pajang di Desa Makamhaji, Kartasura Sukoharjo, tak jauh dari Kota Surakarta (Solo).
Seiring gencarnya berita kemunculan keraton keraton baru , Kasultanan Karaton Pajang ikut terkena imbasnya menjadi pembicaraan khalayak. Padahal , Suradi sang kontraktor yang akhirnya bergelar Sultan Prabu Hadiwijaya Khalifatuklah IV itu sudah mengelola keratonnya sejak 2010 yang lalu.
Sultan Prabu Hadiwijaya Khalifatullah IV, menampik segala tudingan miring yang di tujukan kepada keraton kasultanan pajang sebagai abal-abal, dan tetap bersikukuh mendirikan keraton pajang bukan untuk kepentingan pribadi tapi lebih untuk nguri-nguri budaya leluhur, sehingga generasi muda memiliki pengetahuan sejarah yang baik soal kerajaan pajang yang pernah mashur.
Suradi yang berasal dari masyarakat biasa nekat mendirikan Keraton Kasultanan Pajang, yang berada persis di samping ” Petilasan Karaton Kasultanan Pajang “, setelah mendapat wangsit dalam tirakatnya. Di tambah dukungan penuh dari ” Sultan Dhimak”, sehingga membulatkan tekatnya.
Di atas tanah seluas kurang lebih 5000m2 yang awalnya akan di jadikan perumahan, Sultan Prabu Hadiwijaya Khalifatullah IV, membangun Balai Agung di tahun 2010. Tempat itu di jadikan ” singgasana ” sekaligus tempat jumenengan atau kegiatan sakral karaton kasultanan pajang lainnya.
Seperti halnya sebuah kerajaan tentu saja suradi, memiliki penggawa atau pengawal, yang setia menemani di acara resmi yang di helat Keraton Kasultanan Pajang.
Namun begitu berbeda dengan penampakan Keraton Agung sejagat di Purworejo, tidak ada prajurit keraton yang berjumlah sampai ratusan. Demikian juga tidak ada pungutan uang kepada anggota keraton atau mereka yang ingin masuk menjadi anggota Keraton Kasultanan Pajang. (Sho)