uklik.net – Banyak cara membantu orang lain yang sedang kesusahan. Ada yang membagi uang secara langsung, ada yang menjual nasi kuning Rp. 3.000 / bungkus, dan sebagainya. Nah pria yang satu ini memiliki cara yang tak kalah unik dalam membantu orang yang kesusahan yakni dengan mengundang mereka minum kopi di kedainya. Bukan hanya mengundang minum kopi, tak jarang dia juga berusaha mempertemukan berbagai pihak dalam menyelesaikan masalah tersebut. Soal harga tidak usah kawatir, sukarela.
Kedai tersebut bernama Kopi Goenoeng. Hadir di lingkungan Rusun Griya Tipar Cakung (RGTC) Jakarta Timur, Alip Purnomo sebagai pemilik berharap bisa mengajak orang berbuat baik sebanyak – banyaknya sambil minum kopi murni di tempatnya.
“Tak usah kawatir soal harga. Di sini disediakan paket ‘ngopi sepuasnya, bayar seikhlasnya’. Program tersebut berlaku bagi mereka yang bersedia minum kopi di tempat tanpa menggunakan gula. Sebab kami ingin ikut serta dalam kampanye mengurangi konsumsi gula. Konsumsi gula berlebih bisa membahayakan tubuh kita”, kata mantan aktivis ’98 ini.
Alip bercerita dengan adanya konsep sukarela ini diharapkan selain semua orang akan punya kesempatan ngopi enak dan asli, bisa saja terjadi subsidi silang antar konsumen. Konsumen kaya bisa membayar lebih, sementara konsumen miskin tetap bisa ngopi. Adapun uang yang terkumpul dari program ini akan digunakan untuk membeli produk petani dengan harga layak. Dengan cara ini diharapkan masyarakat kota bisa mendukung perekonomian petani secara lebih baik.
“Peningkatan konsumsi kopi murni di tingkat kota akan berdampak kepada kesejahteraan petani di desa”, demikian keyakinan Alip.
Kedai yang di depannya memiliki lahan luas tersebut dibangun secara mandiri dan berkonsep hijau. “Kami berusaha membangun kedai ini dengan konsep hijau. Sepuluh tahun silam kami nyicil menanam ratusan pohon mangga yang saat ini tumbuh rindang. Bahkan sebagian besar material pembangunan kedai ini menggunakan barang bekas mulai dari pintu, kayu, bangku, meja, granit, dan sebagainya. Pemanfaatan barang bekas sejalan dengan konsep re-use dalam pengolahan limbah”, ungkap putera Sukowati ini.
Di tempat tersebut konsumen tidak hanya disuguhi kopi asli. Nampak berbagai komunitas sosial hilir mudik datang dan berdiskusi dengan pemilik kedai. Sebagian berdiskusi untuk mencari solusi atas masalah yang dihadapi komunitasnya. Sebagian berdiskusi santai ala kadarnya. Terpantau media ada komunitas buruh, nelayan, dan pendidikan sering menyambangi tempat ini. Hal tersebut tentu tak lepas dari latar belakang pemilik kedai yang dianggap berpengalaman melakukan pendampingan sosial selama ini.
“Beruntung ada Kopi Goenoeng, para nelayan jadi punya ide dalam mengatasi masalah yang sedang dihadapi. Sambil ngopi kami diskusi. Pulang ngopi kami punya inspirasi”, ungkap Ajid, ketua Program Sentra Produksi Ikan Asin (SEPIA) Marunda Kepu Jakarta dengan gembira. (red)