uklik.net – Sarah yang sedang asyik merajut pesanan langganannya tiba-tiba dikejutkan oleh suara hujan gerimis. Dengan segera diletakkan di atas meja kecil yang jadi meja kerjanya, ditinggalkannya rajutan yang tengah dikerjakan tadi dan segera berlari ke pekarangan untuk mengangkat jemuran agar tidak basah kembali.
Belum pun lepas dari kejutan karena tiba-tiba hujan, kembali Sarah dikejutkan oleh suara tangisan, dia pun mulai memperhatikan dan mencari sumber arah suara, ternyata suara itu adalah suara tangisan putri semata wayangnya, Grace. Putri kesayangannya sekarang sudah kelas 9.
Sambil tetap tangannya tetap bekerja meraih satu persatu pakaian di jemurannya, dari kejauhan dilihatnya Grace putri kesayangannya berlari dengan wajah yang memerah karena menangis. Sarah segera meletakkan pakaian-pakaian tersebut ke dalam ember yang tergeletak di bawah tiang jemuran, lalu berlari menyongsong putrinya,
“What’s wrong honey?” tanyanya segera setelah merengkuh putrinya yang masih menangis tersedu-sedu.
“I hate it !” jerit Grace putrinya, membuat Sarah menatapnya dengan mimik kebingungan.
“What’s going on, Baby?” Sarah membelai lembut kepala si bungsu itu, seakan hendak memberikan kekuatan dan perlindungan pada putrinya.
“Mereka mengejekku, Mom ! Mereka semua menghinaku, katanya aku nggak punya ayah, anak seorang janda, janda suka merusak keluarga orang.. huhuhu.. Aku nggak bisa terima dihina kayak gituuuu!” ujar Grace dengan nafas memburu karena emosi. Tangannya terkepal, menahan gejolak emosi.
Sarah merasakan sesak di dadanya, sekarang dia bisa mengerti mengapa buah hatinya sampai menangis tersedu-sedu seperti itu hari ini.
Sarah seketika merasa sakit di hatinya.
“Baby, listen to Mommy, that’s not true, kamu punya Daddy, hanya saja Daddy tidak tinggal bersama kita disini, dan Mommy bukan seperti mereka bilang, Mommy tidak seperti itu, sudahlah kamu tidak usah dimasukkan ke hati apapun yang mereka katakan, yang jelas kita tidak pernah mengganggu orang.. ok ?” kata Sarah sambil meraih dagu si bungsu.
“But Mom.. they said..” protes si bungsu lagi.
“Mereka begitu karena mereka iri padamu, sweetie..” kata Sarah sambil tersenyum. Diacaknya rambut di pucuk kepala putrinya.
“But Mom, tapi..” ujar buah hatinya tetap hendak protes.
“Dengar kata-kata Mommy, hmm.. mereka iri kepadamu, nak. Karena mereka tidak memiliki apa yang kamu miliki.. makanya mereka berbuat demikian untuk merusak kebahagiaanmu.. tapi percaya deh sama Mommy.. mereka nggak bisa memiliki yang kamu punya!” kata Sarah lembut seraya tetap memompakan semangat kepada putri semata wayangnya.
“Now, let me see your smile.. give me your smile, please” ujar Sarah sambil menyunggingkan senyuman, diikuti senyuman dari Grace putri kesayangannya.
Meskipun sejujurnya walaupun mereka tersenyum, keduanya tersenyum bersama-sama, namun Sarah merasakan sakit yang luar biasa di dalam hatinya.
Sarah bertekad bahwa dia akan membuktikan kepada semua orang, bahwa dia tidak seburuk yang mereka sangkakan terhadap dirinya sebagai ibu tunggal, atau janda. Sebab meskipun dia adalah seorang ibu tunggal alias janda, namun Sarah tidak pernah berbuat seperti yang dituduhkan orang. Dan Sarah bertekad takkan dibiarkannya orang-orang sekitarnya untuk melukai perasaan putra-putri kesayangannya.
Sarah juga tak pernah lupa mendoakan kedua anaknya, putra sulungnya kini sedang bekerja merantau di negeri orang.
Sarah menggandeng lengan putrinya, membawanya ke teras. Grace duduk di kursi teras, sementara Sarah kembali ke tempat jemuran, memasukkan beberapa helai lagi pakaian yang belum terangkat, memasukkannya ke ember plastik dan membawanya masuk kedalam rumah.
Langkahnya memasuki rumah diikuti oleh Grace di belakangnya.
“Mom, tadi Mommy bikin cemilan apa ? Ada snack apa untuk kita sore ini ?” tanya Grace dengan antusias, langkah mungilnya diselingi lompatan-lompatan kecil, persis seperti anak rusa yang sedang kegirangan berjalan disisi induknya. Begitu damai dan bahagia. Sarah tersenyum dikulum membayangkan lamunannya.
“Tuan Putri mau dibuatkan cemilan apakah gerangan ?” ujar Sarah jenaka menggoda putrinya.
Grace berhenti berjalan, lalu memasang muka serius.
“Apa yaaaa ? kasih tau nggak yaaa ?” sahut Grace ikutan menjawab juga dengan candaan.
“Bagaimana dengan kue kaki beruang?” ujar Grace jenaka sambil memiringkan wajahnya ke kiri dan ke kanan.
“Hmm, boleh, tapi Beruangnya belum tertangkap tuuh…” balas Sarah sejurus kemudian. Keduanya tertawa terbahak-bahak. Bahkan Grace tertawa tergelak-gelak sampai wajahnya memerah, dan air mata nya mengalir. Sarah meraih wajah putrinya, membenamkannya di dadanya sambil tergelak.
“Bagaimana kalau kita buat sesuatu yang istimewa?” tawar Sarah kemudian. Grace sangat antusias, matanya berbinar-binar seperti bintang.
“Mommy mau bikin Kue Terkaejut..” kata Sarah dengan semangat.
“Aku belum pernah dengar kue seperti itu” kata Grace dengan wajah lucu.
“Makanya mama mau buka rahasia tentang kue ini.”
“Waaw aku mau.. aku mau.”
Grace membuka lemari dapur, mengambil beberapa peralatan untuk membuat kue, sementara itu Urie menyiapkan bahan-bahan dan perangkat lainnya.
“Bagaimana sekolahmu, apakah ada kesulitan di sekolah ?”
“Biasa aja Mom, memang ada sedikit kesulitan dalam beberapa pelajaran, tapi aku yakin bisa kok.”
“Kalau dalam pergaulan, bagaimana?”
“Hmm, gimana ya..” Grace berhenti sejenak, sepertinya dia berusaha untuk bisa menjelaskan kondisinya.
“Apanya yang gimana ?”
“Ya, sebenarnya ada sih, beberapa anak yang suka ejek aku.. kadang menghina juga.. tapi biarin aja deh.. aku nggak mau pusingin..”
“Apa yang mereka bilang kalau mereka ejek dan hina kamu ?”
“Mereka bilang aku nggak punya bapak.. Mereka bilang kalau nggak punya bapak, mungkin aku anak haram.. Mungkin ngaku-ngaku janda biar nggak ketahuan.. Mereka bilang janda suka rusakin rumahtangga orang.. Yah seperti begitulah kira-kira..”
Urie tertegun mendengar penjelasan putrinya, separah itukah ? Sedemikian berat yang ditanggung oleh putrinya, sedemikian sadis kah generasi ini dalam berkata-kata ? Darimana anak-anak itu memperoleh pemikiran yang seperti itu. Urie menghela nafas panjang.
“Trus kamu bagaimana menyikapinya, cantikku ?”
“Aku biarin aja, selagi mereka tidak secara langsung ke fisik, or mention your name, directly.. just leave it. Aku tidak mau menjatuhkan harga diriku hanya untuk berkelahi dengan mereka, that’s it !”
“Waaw.. that’s my baby ! You’re so great.. yeah that’s the best way.. I’m so proud of you, Baby..” Urie segera memeluk Grace dengan penuh haru dan kasih.
“Sudah lah, sekarang lebih baik kita buat snack for us today..” ujar Grace dengan senyuman di bibir mungilnya. Urie menganggukkan kepala tanda setuju dengan pemikiran putri bungsunya itu.
Keduanya segera bergegas membuat snack yang diinginkan untuk cemilan di sore ini.
“Tolongin mama kocok dulu telur ini, bisa ?”
“Aku takut Mom..”
“Kalau begitu, itu biar kamu saja yang ayak dulu campuran tepung yang sudah dicampur tadi ?”
“Oke Mom, itu aku bisa..” ujar Grace sambil tersenyum dan segera mengerjakan yang diminta oleh mamanya. Urie melihatnya sangat bahagia karena putri kesayangannya itu juga sudah bisa memahami bagaimana harus bertindak saat ada orang yang menghina.
Penulis: Sarah Chan